WahanaNews-Alperklinas, India – Sebagai upaya menangani masalah pemadaman listrik yang terjadi akibat rendahnya produksi listrik dari pembangkit tenaga air, India kini membutuhkan batu bara lebih banyak untuk memproduksi listrik.
Dikutip dari reuters seperti dilansir dari detikfinance, Senin (4/9/2023) dijelaskan selama Juni-September penggunaan listrik di India dianggap tidak normal dan tertinggi terjadi pada Mei saat musim panas panas berlangsung.
Baca Juga:
PLN Gelar Apel Siaga, Pastikan Keandalan Pasokan Listrik untuk Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
Konsumsi batu bara juga naik tinggi dalam satu bulan terakhir yaitu menjadi 66,7% pada Agustus. Curah hujan yang rendah turut menganggu aktivitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turun menjadi hanya 14,8%.
Meskipun permintaan batu bara yang tinggi, pemerintah India sebelumnya sudah memangkas impor sebesar 24% menjadi 17,85 juta metrik ton selama empat bulan pertama tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2024. Hal ini membuat harga batu bara dunia tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut para analis dan pengusaha industri, penggunaan listrik yang tinggi ada kaitannya dengan petani. Para petani menggunakan listrik untuk mengairi ladang karena curah hujan yang rendah. Selain itu, adanya penggunaan pemakaian AC yang meningkat dan pasokan energi terbarukan yang tidak stabil.
Baca Juga:
Buka Lat Pra Ops Mantap Praja 2024, Kapolres Merangin Ingatkan Anggota Tetap Jaga Netralitas
"Mengingat situasi pasokan (air) yang sudah menipis karena curah hujan yang rendah dan turunnya pembangkit tenaga angin tiba-tiba semakin memperburuk keadaan," tulis perusahaan analisis energi EMA Solutions dalam sebuah unggahan di LinkedIn pada Kamis.
Menurut data The Grid India, permintaan tertinggi penggunaan listrik atau kapasitas maksimum yang digunakan selama sehari mencapai 243,9 gigawatt (GW) pada 31 Agustus. Angka ini melebihi kapasitas yang tersedia sebesar 7,3 GW.
Sementara itu, pasokan listrik turun dibandingkan dengan permintaan sebesar 780 juta unit pada bulan Agustus.
Menurut data The Grid, pangsa produksi batu bara meningkat menjadi 74,2% dalam delapan bulan terakhir, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya mencapai 72,9%. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan produksi selama tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, pangsa produksi pembangkit listrik tenaga air turun dari 10,9% menjadi 9,2%
Secara keseluruhan, produksi pembangkit listrik sudah meningkat lebih dari 108 miliar unit pada tahun ini. Jauh melampaui peningkatan peningkatan pembangkit listrik terbarukan yang berjumlah sekitar 16 miliar unit.
India gagal dalam mencapai target memasang 175 GW energi terbarukan pada tahun 2022. Sejak saat itu, India akan coba meningkatkan produksi di non fosil, seperti tenaga surya dan angin, tenaga nuklir dan air, serta biogas hingga 500 GW sampai tahun 2030.
Untuk mencapai target tersebut, India harus menambah produksi tenaga non fosil sebesar 43 GW setiap tahunnya, hampir tiga kali lipat rata-rata penambahan selama dua tahun terakhir hingga bulan Juli.
[Redaktur: Alpredo Gultom]