Alperklinas.WahanaNews.co | Menurut Erick Thohir saat ini kinerja keuangan perusahaan pelat merah sudah makin membaik bahkan mencatat pengembalian modal kepada pendapatan negara sebesar Rp 4.300 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menyayangkan jika masih ada persepsi yang salah soal rasio orang BUMN.
Baca Juga:
Ultimatum Keras Setelah Kekalahan Telak Timnas dari Jepang, Erick Thohir Ancam Mundur dari PSSI
"Kadang-kadang kita dipelesetkan bahwa BUMN banyak hutang. Memang ada hutangnya sekian triliun rupiah. Tapi modal di setor itu Rp 4.300 triliun. Ini kan kadang-kadang melihat hanya hutangnya. Hutang yang produktif kita sikat. Tapi kalau kita lihat antara modal dan utang modal yang disetor segara apa yang diributkan gitu," ujarnya dalam acara Economic Update CNBC Indonesia, Senin (15/8/2022).
Erick menjabarkan, jika meihat laba BUMN secara konsolidasi, sepanjang Covid-19 mencatat laba sebesar Rp 124,5 triliun dari yang sebelumnya tercatat hanya Rp 13 triliun. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh transformasi, inovasi, dan efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan pelat merah.
"Nah kita yakini laba sendiri yang tadinya Rp 13 triliun itu tubuh Rp 124,5 karena ada Garuda. Garuda ada koreksi sedikit. Tetapi kita lihat bukti 2022 ini belum menjadi final sedang dalam proses tentu bicara perspektif ini tetap naik Rp 144 triliun dan ini pertama kalinya konsolidasi BUMN terjadi tahun 2020," jelasnya.
Baca Juga:
Menteri BUMN Angkat Kembali Darmawan Prasodjo sebagai Dirut PT PLN
Menurutnya, kinerja perusahaan BUMN secara konsolidasi baru dilakukan pada tahun ini. "Tadinya belum ada konsolidasi jadi data semua tercecer ketika di gabungan nggak tau benar atau salah. Dan ini kita lakukan. Dan saya melihat prospeknya bagus tapi tetap harus waspada," ungkapnya.
Erick menjabarkan, hutang-hutang kerap kali selalu dilakukan oleh perusahaan pelat merah terutama bagi perusahaan yang mendapat penugasan dari pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia. Misalnya saja seperti PLN dan Pertamina.
Seperti misalnya, kata Erick, PT PLN (Persero) yag memiliki hutang ratusan trilun. Namun hutang-utang tersebut perlahan-lahan terus menurun. "Kita ngga boleh salah-salahan tapi kita sebagai kementerian sebagai tim yang baru kita perbaiki. Closing total hutang PLN di akhir 2021 itu turun jadi Rp 456 triliun jadi turun Rp 30-40 triliun. Kemarin closing 2022 turun lagi Rp 430 triliun," jelasnya.
Erick menambahkan, meskipun perusahaan BUMN mendapatkan penugasan, tetapi hal tersebut tidak boleh dijadikan tameng atau alasan bagi perusahaan yang berkinerja buruk mendapat pemakluman.
"Secara manajemen korporasi bukunya harus terlihat. Kalau ada yang tidak efisien harus diefisiensikan. Jangan gara-gara PSO justru menjadi selimut. Wah kita ini penugasan nggak bisa. Jaman kita yang namanya penugasan harus benar-benar trasnparan, dan bisnis prosesnya harus benar-benar transparan," pungkasnya. [tum]