Alperklinas. Id I PT PLN (Persero) telah mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sejak lama. Sejak 36 tahun lalu PLN telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, yang menjadi tulang punggung energi bersih di sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Dilansir dari CNBC Indonesia Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, salah satu bukti kepemimpinan PLN dalam mengembangkan pembangkit EBT di Indonesia adalah dengan membangun dan mengoperasikan PLTA Saguling Power Generation O&M Services Unit (POMU) di Jawa Barat.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Beroperasi sejak 1985, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP), anak usaha PLN, ini merupakan pembangkit pendukung beban puncak di Sistem Jawa-Bali.
"Ini menjadi bukti bahwa Indonesia sudah lebih dulu mengoperasikan pembangkit listrik yang ramah lingkungan, bahkan sebelum Paris Agreement diteken," ungkap Zulkifli Zaini, seperti dikutip dari keterangan resmi perseroan, Kamis (11/11/2021).
Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi menjelaskan, PLTA Saguling POMU berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali. Berkapasitas 700,72 Mega Watt (MW), PLTA Saguling berkontribusi terbesar 2,5% dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling POMU antara lain sebagai baseload, stabiliser, serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT.
Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilo Volt (kV).
"Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa Bali, juga mengamankan Jawa Bali apabila terjadi gangguan listrik," ujarnya.
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan, PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali. Selain itu, PLTA Saguling POMU juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," ucap Ahsin.
Terletak di Kabupaten Bandung Barat dengan total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, PLTA Saguling POMU ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya.
Sub Unit tersebut antara lain Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang) serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit yaitu PLTA Rajamandala 47MW (Kab. Cianjur).
Dalam pengembangan EBT, PLTA Saguling POMU merupakan contoh pembangkit jenis hidro masa depan Indonesia yang dimiliki oleh PLN. Seiring dengan komitmen pemerintah untuk terus mendorong pengembangan EBT, PLTA ini akan menjadi pondasi dalam pengembangan pembangkit hidro di masa depan.
"Hal yang menarik adalah keandalan PLTA heritage seperti PLTA Plengan yang beroperasi sejak tahun 1922 dan PLTA Bengkok Dago yang beroperasi sejak tahun 1923 hingga menjelang usia satu abad masih terpelihara serta beroperasi dengan baik, berdampingan dengan PLTA Saguling dan PLTA cascading Rajamandala yang sangat efisien dan modern menggunakan tailing race (air sisa turbin saguling) yang masuk sistem Jamali sejak tahun 2019," tutur Ahsin. (tum)