Alperklinas.WahanaNews.co | Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi menjelaskan bahwa untuk proyek penggantian 5200 PLTD yang akan digantikan pembangkit EBT tahap 1 akan dilakukan kurang lebih di 200 lokasi. Dimana di dalam proses tender nantinya akan dibagi terlebih dulu menjadi delapan kluster.
PT PLN (Persero) terus berupaya mengejar target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025. Salah satunya dengan mengganti 5.200 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan pembangkit listrik berbasis EBT.
Baca Juga:
Wakil Bupati Fakfak Sambangi Kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Bahas Gas to Power untuk Fakfak Terang
"Kita harapkan 8 klaster bisa diselesaikan pada tahun ini proses pengadaannya dan sebelum 2025 sudah beroperasi sehingga kita bisa capai target 23% 2025 salah satunya dengan dieselisasi," katanya dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (20/6/2022).
Menurut Evy setidaknya perusahaan mempunyai tiga inisiatif terkait dengan pembangkit diesel yang ada saat ini. Pertama, diharapkan PLTD-PLTD ini dapat dipindahkan ke jaringan terdekat PLN yang sudah ada.
Kedua, terkait bagaimana upaya perusahaan memindahkan PLTD menjadi pembangkit gas. "Ini sudah ada permen yang dikeluarkan Permen nomor 2 2022 dimana kita bersama dengan Pertamina diminta untuk bisa melakukan gasifikasi pembangkit yang masih gunakan diesel," katanya.
Baca Juga:
Transisi Energi, PLN Siap Terapkan Dedieselisasi Pembangkit Berskala Kecil
Kemudian yang ketiga yakni melakukan dieselisasi dengan mengubah ke pembangkit EBT. Terutama yang berada di 200 lokasi tersebut.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa pengembangan energi hijau atau Energi Baru dan Terbarukan (EBT) memiliki tantangan yang berat. Salah satunya mengenai adanya over suplai listrik yang sedang dialami oleh PT PLN (Persero).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan bahwa untuk mengejar target bauran EBT sebanyak 23% di tahun 2025 memang tidak mudah di tengah kondisi yang dialami oleh PLN saat ini.
"Saya memperjelas sedikit dari sisi tantangan. Kita tidak bisa pungkiri bahwa kondisi PLN memang sama-sama kita pahami, begitu realistisnya. Namun saya juga tidak bisa menerima kalau ini tidak ada peluangnya," terang Dadan dalam Agenda EBTKE ConEx 2022, Kamis (2/6/2022).
Sampai pada saat ini realisasi bauran EBT terhitung masih sangat minim, dari tarekat 23% di tahun 2025, sampai pada Mei 2022 realisasinya baru mencapai 12%-an.
Oleh karena itu, untuk tetap mengejar target tersebut, pemerintah memiliki jurus lainnya, yakni dengan cara mengejar Power Purchasement Agreement (PPA) listrik oleh perusahaan listrik swasta/IPP kepada wilayah usaha (wilus) lain di luar dari wilayah usaha milik PLN.
"Tidak hanya dengan PLN untuk memperluas transisi energi, memang utamanya pasti nanti EBT ini on grid dengan PLN karena PLN pemegang wilayah usaha terbesar di dalam negeri. Tapi sekarang akan mulai kontrak PPA dengan pemegang Wilus non PLN," terang Dadan. [tum]