"Yang menarik, Fortune menilai pembentukan sejumlah holding BUMN memiliki dampak besar dalam peningkatan pertumbuhan pendapatan bagi BUMN," ujar Erick.
Transformasi BUMN juga berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,44 persen y-o-y dalam kuartal II 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (5/8). Dengan total aset BUMN yang mencapai sekitar Rp9.000 triliun pada 2021, kontribusi BUMN terhadap PDB mencapai 53 persen.
Baca Juga:
BUMN Dipangkas Besar-besaran, Danantara Siap Gabungkan 888 Perusahaan Jadi Hanya 200
Yang menarik, selain mencatatkan pertumbuhan laba, BUMN tetap menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak proyek-proyek yang menyerap tenaga kerja di tengah sikap pesimistis masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.
Selama pandemi, lanjut Erick, BUMN secara masif telah mampu membuka lapangan kerja dalam sejumlah proyek besar, seperti Proyek peningkatan kilang atau refinery development master plan (RDMP) Balikpapan yang menyerap 19 ribu tenaga kerja, dan hilirisasi batubara menjadi DME yang menyerap 10 ribu tenaga kerja.
Kemudian ada proyek smelter tembaga Freeport Gresik yang menyerap hingga 40 ribu tenaga kerja, pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang mencatatkan penyerapan hingga 200 ribu tenaga kerja, serta pembangunan KEK Mandalika di mana InJourney selaku core dari penyelenggaraan event internasional MotoGP mampu menyerap 4.500 tenaga kerja lokal.
Baca Juga:
PLN Catat Kinerja Cemerlang, RUPS Hari Ini Laporkan Pendapatan Rp545 Triliun
Tapi yang paling spektakuler sebenarnya, kata Erick, penyerapan tenaga kerja melalau PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi 12,7 juta ibu-ibu pada Tahun 2021 dan akan didorong hingga mencapai jumlah 20 juta hingga tahun 2024.
"BUMN sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia harus mampu tampil dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pasar, dan yang terpenting memastikan pembukaan lapangan kerja dapat terus terjadi," ujar Erick. [tum]