Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui bahwa Indonesia memiliki sejumlah tantangan untuk mencapai target netral karbon atau net zero emission pada 2060 mendatang atau lebih awal.
Selain membutuhkan infrastruktur energi dan teknologi, Indonesia juga membutuhkan dukungan pendanaan.
Baca Juga:
PLTU Masih Akan Ditambah hingga 2034, ALPERKLINAS Desak Pemerintah Minimalkan Dampak Emisi terhadap Dunia dan Masyarakat
Pasalnya, guna mencapai target netral karbon 2060 ini, Indonesia diperkirakan membutuhkan dana fantastis, yakni mencapai hingga Rp 9.000 triliun, itu pun hanya untuk meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT). Angka tersebut pernah disebutkan oleh Wakil Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo belum lama ini.
"Transisi energi menuju net zero emission membutuhkan infrastruktur energi, teknologi, dan pembiayaan. Melalui peningkatan infrastruktur seperti interkoneksi jaringan, kita (Indonesia) berpeluang untuk mengoptimalkan pemanfaatan EBT," jelas Arifin dalam agenda Conference of Parties (COP) ke-26 di Paviliun Indonesia, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).
Terkait pembiayaan, Arifin menegaskan peran sektor swasta sebagai penopang finansial selain pemerintah dan lembaga keuangan sebagai aspek penting dalam meningkatkan dan mempercepat implementasi energi rendah karbon.
Baca Juga:
PLN Tuntaskan Proyek Listrik Strategis di Sumsel, 210 Tower Melintasi Lima Wilayah
"Diperlukan kebijakan dan regulasi yang tepat untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Kami berusaha untuk mencapainya dengan menyederhanakan dan merampingkan kerangka peraturan," paparnya. (tum)