Garap PLTS Terapung
Baca Juga:
Gerilya Gelar Diskusi PLTS Aplikatif Bagi Mahasiswa Surabaya
Pemanfaatan tenaga surya harus dikombinasikan dengan sumber energi lain, seperti hidro. Menurut Inten, kondisi ini diharapkan dapat menopang intermitensi dari tenaga surya. "Hidro ini bisa dimanfaatkan untuk mengimbangi intermitensi dari tenaga surya," kata Inten lagi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Bendungan dan Danau Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Airlangga Mardjono membeberkan potensi sumber daya air di Indonesia sebesar 2,78 triliun m3 per tahun dimana air yang dapat dimanfaatkan sebesar 691,31 miliar m3 per tahun. "Air yang termanfaatkan sebesar 222,59 miliar m3 per tahun. Kita punya potensi air yang belum dimanfaatkan, yaitu 468 miliar m3 per tahun," ungkap Airlangga.
Untuk kapasitas listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia sebesar 8,17% dari keseluruhan jenis pembangkit di Indonesia. "Total sudah ada 5.879 MW listrik yang dibangkitkan dari semua PLTA di Indonesia," jelas Airlangga.
Baca Juga:
Gerilya Hadir di [RE]Spark Renewable Energy Festival 2022
Konsep pengembangan EBT bersasis hibrid, sambung Airlangga, yaitu PLTS dan PLTA juga tergantung dari jumlah bendungan. Saat ini, Indonesia memiliki 244 bendungan. "Potensi PLTA yang masih dikembangankan yaitu, 398,41 MW dimana pemanfaatan area ruang dan genangan waduk diizinkan melalui regulasi Peraturan Menteri PUPR No 6/2020," terang Airlangga.
Selain Airlangga, acara yang dihadiri langsung oleh lebih dari 100 milenial Jakarta tersebut mengundang pembicara, Dimas Kaharudin, Direktur Operasi PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE) dan Daniel Sutanto dari PT Sembcorp Energy Indonesia yang memberikan pengetahuan kepada anak muda mengenai teknis PLTS Aplikatif, khususnya PLTS terapung dan perkembangannya baik di Indonesia maupun di dunia. [tum]