Alperklinas.Id I Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini menyampaikan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha menyediakan tenaga listrik di seluruh Indonesia, PLN memiliki tanggung jawab mendukung pembangunan di seluruh aspek, serta memiliki peran penting dalam mendorong terwujudnya Indonesia yang hijau. Misi PLN adalah menyediakan listrik yang terjangkau, namun juga aman dan bersih.
Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Pada 2060, diperkirakan emisi sektor tersebut bisa mencapai 0,86 miliar ton CO2 per tahun. Sehingga pencapaian target carbon neutral pada 2060 sangat bergantung pada upaya mengubah gaya hidup menjadi lebih rendah emisi, salah satunya dengan electrifying lifestyle melalui penggunaan kendaraan listrik.
Baca Juga:
Wujudkan Semangat Hari Sumpah Pemuda, PLN UID Jakarta Raya Gelar Entity Gathering
Dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, PLN juga telah diberi mandat oleh pemerintah dalam bentuk penugasan penyediaan infrastruktur Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, serta Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
"Hingga saat ini PLN telah melakukan pembangunan 60 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU di 45 lokasi pada 20 kota, dan saat ini sudah on progress 54 unit di 21 kota dari 67 unit yang direncanakan di tahun 2021,” ungkap Zulkifli Zaini dalam acara Kompas Talk bertajuk "Electrifying Lifestyle: Peduli Lingkungan Melalui Investasi Mobil Listrik”, Rabu (1/12/2021).
PLN Percepat Terbentuknya Ekosistem Kendaraan Listrik
Baca Juga:
Peringati Hari Listrik Nasional Ke-79, PLN Kembali Pecahkan Rekor MURI Konvoi 2.200 Motor Listrik Terbanyak
Untuk percepatan pembangunan infrastruktur SPKLU, Zulkifli mengatakan PLN juga membuka kesempatan bagi swasta untuk ikut berpartisipasi dengan skema bisnis yang sudah disiapkan PLN yakni penyediaan SPKLU berbasis sharing economy model. Tipe SPKLU yang dibangun juga dapat disesuaikan dengan potensi pasar dan juga kebutuhan sektor swasta, misalnya untuk bus atau taksi.
“Model kerja sama yang telah disiapkan PLN untuk pihak swasta atau calon pemilik bisnis EV charging station yaitu PLN berperan sebagai penjual tenaga listrik langsung kepada pemilik kendaraan EV, dan peran dari pihak swasta sebagai menyediakan lahan, infrastruktur maupun peralatan yang disetujui dalam perjanjian kerja sama dengan PLN,” terang Zulkifli.
Selain SPKLU, lanjut Zulkifli, PLN juga mendorong pengembangan kendaraan listrik roda dua dengan melakukan pilot project pengembangan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum atau SPBKLU di Jakarta dan Surabaya yang melibatkan Grab, Gesits dan Kymco yang mengadopsi sistem battery swap atau penukaran baterai.
"Semua ini dilakukan sebagai upaya PLN untuk mempercepat terbentuknya ekosistem kendaraan listrik. Pada akhirnya, ini nanti akan membantu Indonesia mencapai kondisi net zero carbon di 2060,” kata Zulkifli.
Untuk memudahkan pengguna kendaraan listrik, PLN juga mengembangkan berbagai inovasi, salah satunya menciptakan aplikasi Charge.IN, yaitu aplikasi pengisian daya (charging) pertama pada SPKLU yang terintegrasi dengan super apps PLN yakni New PLN Mobile. Dengan Charge.IN, pelanggan bisa mencari informasi SPKLU terdekat, mengontrol dan mengendalikan pengisian daya, serta melihat riwayat konsumsi energi.
Selain itu, PLN juga bekerja sama dengan Agen Pemegang Merek (APM) otomotif untuk memberi kemudahan bagi pengguna baru kendaraan listrik, di mana mereka bisa langsung dilayani oleh PLN untuk kebutuhan pemasangan home charging, layanan menambah daya, serta integrasi Charge.IN yang memudahkan pelanggan mendapatkan diskon tarif sebesar 30% antara pukul 22.00 hingga 05.00, yaitu dari Rp 1.444 per kWh menjadi Rp 1.011 per kWh.
"Dalam pemasangan home charging, PLN juga memberikan harga spesial untuk tambahan daya, yaitu Rp 150.000 saja untuk satu pasang hingga 11.000 VA, dan Rp 450.000 untuk tiga pasang hingga daya 16.000 VA,” jelasnya.
Diakui Zulkifli, tidak mudah dalam mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik. Perlu kerja sama dari berbagai pihak, serta adanya insentif yang lebih menarik bagi masyarakat agar tertarik membeli mobil listrik dibandingkan membeli mobil berbahan bakar fosil.
"PPnBM untuk mobil listrik sudah dihapus, tetapi ada dua pajak lain yaitu PPN dan PPh yang dinikmati mobil berbahan bakar fosil, namun belum dinikmati oleh mobil listrik. Kami yakin dan berharap kebijakan dari pemerintah untuk dapat melakukan penghapusan PPN dan PPh tersebut sesuai dengan yang dinikmati oleh mobil fosil,” kata Zulkifli.
Bagi PLN sendiri, transisi sektor otomotif ke energi listrik bukan hanya untuk meningkatkan demand listrik yang saat ini pasokannya sedang berlebih. Mobil listrik juga terbukti unggul dibandingkan mobil berbahan bakar fosil untuk membawa Indonesia menjadi lebih hijau dan bersih.
Sementara itu, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengungkapkan, perkembangan kendaraan bermotor non-internal combustion engine (ICE) di Indonesia memang masih relatif kecil dikarenakan harganya yang relatif tinggi. Selama periode Januari-Oktober 2021, tercatat penjualan mobil model ICE secara wholesales sebanyak 703.089 unit, sedangkan kendaraan battery electric vehicle (BEV) baru 656 unit.
"Mobil listrik merupakan salah satu alternatif untuk menuju green mobility. Agar masyarakat lebih tertarik menggunakan mobil listrik, memang perlu diberikan berbagai insentif, sehingga harga jualnya bisa lebih terjangkau,” kata Kukuh Kumara.
Perbaiki CAD
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril menambahkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), konversi dari kendaraan mesin konvensional menjadi kendaraan listrik utamanya untuk memperbaiki neraca perdagangan atau defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), mengingat selama ini impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia sangat besar.
"Ini adalah kunci utama kalau kita ingin Indonesia bisa maju. Bila impor BBM dikurangi dan kita gunakan untuk yang lain, tentu saja akan memberikan suatu boosting bagi kegiatan ekonomi kita,” kata Bob Saril.
Di sisi lain, lanjut dia, pasokan energi listrik juga sedang berlebih, sehingga harusnya bisa lebih dioptimalkan. “Jadi tidak hanya memperbaiki CAD, kita juga bisa memanfaatkan kelimpahan energi listrik yang sudah disediakan. Tentu saja dengan kecukupan energi listrik ini, kita siap menyediakan sarana dan prasarana untuk ketenagalistrikan yang mendukung ekosistem kendaraan listrik,” kata Bob Saril.
Dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, PLN juga terus melakukan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan yang memiliki peran besar dalam ekosistem kendaraan listrik, termasuk dalam meningkatkan customer experience.
"Kita harus saling mendukung sesuai dengan amanat Presiden Jokowi, yakni perlu sekali kita mengkonversi dari kendaraan ICE menjadi kendaraan listrik. Impor BBM kita sudah terlalu banyak dan itu akan bertambah terus. Untuk menguranginya, kita harus bergerak ke kendaraan listrik, apalagi industri baterai sebagai bagian dari kendaraan listrik juga ada di Indonesia. Ini demi bangsa, dan bangsa ini harus kita bantu untuk menjadi maju,” kata Bob Saril. (tum)