Alperklinas.WahanaNews.co | Penggunaan pembangkit listrik batu bara dan perusahaan tambang untuk menjaga stabilitas pasokan energi di China mendapat dukungan pemerintah.
Dilansir SCMP, Kamis (18/8), pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Dewan Negara dan anggota Komite Pendirian Politbiro Partai Komunis Han Zheng saat mengunjungi perusahaan listrik State Grid Corporation of China (SGCC).
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Han mengungkapkan gelombang panas mengerek permintaan listrik ke rekor tertinggi. Pada saat yang sama, gelombang yang menyebabkan kekeringan itu juga mengganggu pasokan listrik dari pembangkit tenaga air di lembah Sungai Yangtze.
Untuk itu, pemerintah berkomitmen tetap menjaga pasokan energi. Bahkan, jika perlu, meningkatkan konsumsi batu bara. Padahal, hal itu jelas dapat mengancam target perubahan iklim.
Han mengungkapkan pembangunan konstruksi proyek batu bara harus dipercepat. Selain itu, perusahaan patungan antara penambang dan pembangkit listrik batu bara yang didorong, termasuk kemitraan antara perusahaan batu bara dan energi baru terbarukan.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
Bagian selatan China dilanda kekeringan pada beberapa bulan terakhir. Bahkan, ketinggian air Sungai Yangtze yang merupakan sungai terbesar di Negeri Tirai Bambu berada di level terendah sepanjang sejarah.
Padahal, kawasan ekonomi dan manufaktur utama China berasa di bantaran sungai tersebut, termasuk Sichuan, Chongqing, Jiangsu, Zhejiang dan Shanghai. Kondisi tersebut membuat kawasan tersebut mengalami gangguan pasokan listrik yang berdampak pada bisnis dan rumah tangga.
Sejumlah perusahaan manufaktur di selatan China telah menerapkan pembatasan listrik di tengah lonjakan permintaan, terutama untuk pendingin selama gelombang panas.