Konsumenlistrik.com | Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi mengatakan pemanfaatan FABA menjadi salah satu fokus program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perseroan pada tahun ini.
PT PLN (Persero) menyediakan limbah padat batu bara atau FABA dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara cuma-cuma untuk diolah menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomi oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Baca Juga:
Wamenkeu Anggito Dorong Penguatan UMKM di Yogyakarta
"Program ini juga termasuk upaya PLN dalam mengimplementasikan environmental, social, and corporate governance (ESG). Kami mendorong UMKM dan masyarakat memanfaatkan FABA secara cuma-cuma untuk pembuatan batako, jalan beton, dan berbagai pemanfaatan lainnya," kata Agung dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/3/2022).
PLN mendukung pengembangan bisnis usaha kecil dan mikro kecil (UMKM) dalam memanfaatkan abu sisa pembakaran batu bara.
Hingga awal 2022, tercatat 97 UMKM turut memanfaatkan FABA untuk pembangunan daerah yang tersebar di 20 PLTU seluruh Indonesia. Salah satu kisah keberhasilan datang dari Ombilin, Sumatera Barat.
Baca Juga:
Sayuran Daun Kelor RI Diburu Asing, LPEI Ambil Peran
Kolaborasi antara BUMDes Karya Muda Mandiri dan CV Bangun Nusantara Raya selaku UMKM di daerah itu mampu memproduksi batako dengan memanfaatkan FABA yang dihasilkan oleh PLTU Ombilin.
Ketua BUMDes Karya Muda Mandiri I Made Safari Oktaria mengapresiasi pendampingan yang diberikan PLN, sehingga produk batako dari FABA mulai diterima masyarakat.
“Kami berhasil menggeser paradigma masyarakat terhadap abu batu bara dengan pembuatan batako ini. Sekarang masyarakat antusias menggunakan produk batako dari sisa pembakaran batu bara di PLTU Ombilin,” jelasnya.
I Made menuturkan bahwa kerja sama pengelolaan FABA tersebut merupakan upaya PLN untuk menghasilkan nilai tambah kehadiran PLTU yang memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar, salah satunya batako.
Hasil produksi batako dari FABA kini dipakai untuk agenda bedah rumah yang digelar pemerintah setempat, pagar sekolah, hingga beragam bentuk penggunaan lain.
“Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan pelaku usaha konstruksi,” ujarnya.
I Made menyampaikan bahwa pihaknya mampu memproduksi 100 sampai 200 batako per hari dengan komposisi 20 persen semen, 15 persen FABA, dan 65 persen pasir. Dalam sepekan, BUMDes Karya Muda Mandiri mampu memanfaatkan FABA sebanyak lima sampai 10 ton per pekan.
Di sisi lain, produksi batako dari CV Bangun Nusantara mampu memproduksi sebanyak 2.000 sampai 3.000 batako per hari dengan komposisi semen sebanyak 20 persen, FABA 30 persen, dan pasir 50 persen. CV Bangun Nusantara mampu memanfaatkan FABA sebanyak 20 sampai 40 ton per minggu.
I Made mengatakan kualitas batako yang menggunakan FABA sebagai bahan campurannya lebih diminati konsumen karena lebih kokoh dari segi kekuatannya. Hal ini disebabkan oleh sifat pori-pori FABA yang rapat.
Manfaat pengelolaan limbah pembakaran batu bara juga dirasakan oleh CV Bangun Nusantara Raya.
Pimpinan CV Bangun Nusantara Raya Aditya mengatakan bahwa batako hasil produksi setelah menggunakan FABA dapat mengurangi penggunaan semen dalam proses produksi.
Sebelum menggunakan FABA, proses produksi batako menggunakan dolomit atau kapur dalam campurannya, sehingga membutuhkan semen dalam jumlah banyak.
Setelah menggunakan FABA, proses produksi batako tidak lagi menggunakan kapur, sehingga dapat mengurangi pemakaian semen. [tum]