Alperklinas ID | Profesor ahli nuklir asal Jepang sekaligus Wakil Direktur Research Center for Nuclear Weapons Abolition (RECNA), Tatsujiro Suzuki mengungkapkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kini tidak dapat lagi diandalkan dan menelan ongkos yang mahal.
Hal tersebut diungkapkan oleh Suzuki setelah melihat adanya dampak kerusakan yang cukup parah dari ledakan PLTN Fukushima di Jepang pada 11 tahun lalu atau tepatnya 11 Maret 2011.
Baca Juga:
Jepang Tegaskan Pelepasan Air Olahan ALPS Fukushima Penuhi Standar Keamanan Internasional
"Energi nuklir bukan lagi sumber listrik utama yang paling andal dan paling murah di Jepang," ujar Suzuki dalam Webinar yang diselenggarakan IESR, Jumat (11/3/2022) melansir dari CNBC Indonesia.
Suzuki merinci, sampai dengan 2021 harga PLTN mencapai rata-rata 11,7 yen per kWh bahkan lebih, dalam jangka waktu 40 tahun dengan kapasitas 70%. Padahal sebelumnya harga PLTN hanya mencapai rata-rata 9 yen per kWh.
Ongkos biaya listrik dari PLTN di Jepang pada 2021 tersebut, kata Suzuki bahkan lebih tinggi dibandingkan biaya listrik dengan menggunakan natural gas, solar PV dan tenaga angin.
Baca Juga:
Utusan China Serukan Pengawasan Internasional atas Pembuangan Nuklir PLTN Fukushima
Di Jepang pada 2021, biaya listrik dari natural gas hanya mencapai rata 10,7 yen per kWh hingga 14,3 yen per kWh.
Sementara untuk ongkos biaya listrik menggunakan solar PV baik itu industri dan perumahan masing-masing 8,2 - 11,8 yen per kWh dan 8,7 - 14,3 yen per kWh.
Bahkan apabila ongkos listrik PLTN dibandingkan dengan ongkos listrik menggunakan tenaga angin, masih jauh lebih rendah menggunakan tenaga angin dengan biaya berkisar 9,9 - 17,2 yen per kWh.