Power house merupakan bangunan utama tempat beroperasinya turbin dan generator dan berada di bawah tanah pada kedalaman lebih kurang 150 meter.
Pekerjaan terowongan bawah tanah secara keseluruhan telah dicapai sepanjang 3,8 kilometer dari total 7,8 kilometer.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Dengan selesainya proses ekskavasi power house ini, maka salah satu tahap kritis pada pembangunan proyek PLTA Asahan III telah berhasil dilewati.
Octavianus menjelaskan bahwa teknologi ini tak hanya membuat pembangkit makin andal tetapi juga lebih efisien.
"Tentunya, pengoperasian pembangkit ini juga dapat menurunkan biaya pokok penyediaan tenaga listrik di Sumatera Utara, serta meningkatkan pelayanan PLN kepada konsumen dengan penyediaan energi listrik yang lebih andal dan efisien," jelasnya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi sempat mengunjungi PLTA Asahan III. Kunjungan itu untuk melihat kemajuan proyek kerja sama antara Jepang dan Indonesia dalam mengakselerasi energi bersih di Indonesia.
Saat ini, proyek PLTA Asahan III digarap oleh Shimizu Adhikarya Join Operation. PLTA berkapasitas 2 x 87 megawatt ini rencananya mulai beroperasi pada 2024.
Kenji mengaku kagum atas kemajuan pembangunan PLTA ini sebagai wujud komitmen kedua negara untuk memasifkan energi bersih dan mencapai netralitas karbon ke depan.