Alperklinas.WahanaNews.co | Capaian bauran EBT hingga akhir 2021 baru mencapai 11,5% dari total bauran energi primer, masih jauh dari target 23% pada 2025 mendatang.
Energi Baru Terbarukan (EBT) RI bisa dikatakan masih terabaikan.
Baca Juga:
Investasi Berkelanjutan di Tanah Air Terus Bertumbuh, PLN Siap Layani Kebutuhan Energi Bersih
Adapun salah satu penyebab kurang berkembangnya energi terbarukan RI ini yaitu karena kurang seriusnya dan kurang perhatiannya pemerintah terhadap sektor energi ini. Padahal, energi baru terbarukan merupakan sumber energi hijau, bersih, dan bisa menjadi sumber energi untuk daerah terpencil.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu praktisi energi terbarukan, Tri Mumpuni. Tri menilai, bila pemerintah serius mendukung energi baru terbarukan ini, maka setiap desa, bahkan desa terpencil, bisa memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa harus bergantung pada sumber energi lain.
"Kendala terbesar pengembangan EBT yaitu tidak pernah ada keseriusan, perhatian pemerintah untuk sediakan EBT locally," tuturnya dalam acara 'Sarasehan 100 Ekonom 2022' CNBC Indonesia, Rabu (07/09/2022).
Baca Juga:
Electric Run 2024, PLN Ajak Pelari Gaungkan Semangat Ramah Lingkungan
Dia pun menceritakan betapa susahnya mengembangkan EBT di negara ini. Sejak 1997 pihaknya telah mengusulkan pengembangan energi secara lokal sesuai dengan sumber energi di daerah masing-masing atau "community based-power supply". Dengan demikian, sumber energi di daerah tersebut tidak perlu disambungkan dengan jaringan listrik milik PT PLN (Persero) (offgrid) yang tentunya akan membutuhkan infrastruktur listrik lebih besar.
Menurutnya, opsi sumber energi tersebut yang berada di luar jaringan listrik PLN (offgrid) akan sangat cocok dikembangkan di sejumlah daerah terpencil semacam Maluku, Papua, dan lainnya.
"Ini sudah kita lakukan, sudah kita usulkan sejak 1997, dan tidak pernah didengar," ungkapnya berapi-api.